Kilas Balik Perayaan Maulid

H. Badri Rofi’i
Rais Suriyah MWCNU Tl. Batang

Bulan Maulid adalah diantara senarai bulan yang banyak merekam peristiwa penting dalam historis peradaban dunia. Sebut saja hancurnya istana raja Kisra, Api yang biasa disembah orang orang majusi padam seketika setelah sebelumnya menyala selama seribu tahun. Di Bukhaira, tak ada angin tak ada mendung tiba tiba gereja gereja disana ambruk rata dengan tanah.
Namun, ada peristiwa sejarah yang tak kalah pentingnya, yakni hadirnya sosok janin yang penuh dengan kilauan cahaya ditengah tengah keluarga Bani Hasyim di Mekah pada Senin pagi 12 Rabi’ul Awal tahun Gajah. Dialah Muhammad saw. Cikal bakal reformator dan revolusioner tradisi budaya kehidupan jahiliyah yang berada dilembah kebodohan dan kesesatan. Tokoh yang paling berpengaruh dan berjasa dalam menyelamatkan eksistensi nilai moral manusia.
Sejarah tak kan pernah usang, bigitulah adigium bertutur, sehingga, saban tanggal 12 Rabi’ul Awal seluruh umat Islam di belahan dunia serempak memperingati hari kelahiran Nabi saw. Atau dalam tradisi kita momentum ini lebih akrab dengan sebutan “Maulidan”.
Imam Abu Syamah Nawawi berkata, “Sebaik-baiknya bid’ah di zaman ini ialah merayakan acara tahunan yang bertepatan dengan hari kelahiran Nabi saw. Perayaan itu di isi dengan bersedekah kepada fakir miskin, memakai pakaian yang bagus dan berbagi keceriaan, sebagai ungkapan rasa cinta Kepada Nabi saw. Serta mengagungkan dan bersyukur kepada Allah swt. Atas di utusnya Nabi Muhammad saw. Sebagai rahmatan lil alamin. Alhafidz Assuyuthi ketika ditanyakan esensi dari acara Maulid, beliau menjawab, “Bahwa Maulidan adalah kumpulan banyak orang disertai sedikit bacaan dari ayat ayat Al Qur’an dan penyampaian kisah-kisah kelahiran Nabi saw. Kemudian disudahi dengan hidangan makanan.
Historis perayaan Maulid Nabi saw. Muncul pertama kali dalam sejarah Islam pada abad keenam Hijriyah di kota Mousul, Irak yang dipelopori oleh seorang Ulama sufi, Abu Hafsh Mu’ainuddin Umar bin Muhammad bin Khidir Al Irbili Al Mausuli (570 H). Akan tetapi menurut Imam Assakhawi, awal perayaan Maulid terjadi setelah kurun ketiga. (I’anatutthalibin, Juz III). yang paling masyhur peringatan Maulid Nabi digagas pertama kali oleh Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (1137-1193 H).
Sangatlah pantas bagi kita untuk selalu memperingati hari kelahiran beliau, sebagai wujud Syukur kita atas lahirnya Nabi Muhammad saw. (BNU)

0 Responses

Terimakasih atas kunjungannya dan jangan lupa tulis komentar anda.......

    Menu

    BUKA | TUTUP

    NU Kayong Utara

    Chat


    ShoutMix chat widget

    Download Kitab

    Ebook Islam

    Kitab Klasik