MERENUNGI PESAN ISRA MI’RAJ

Satu peristiwa maha dahsyat pada dua puluh tujuh Rajab empat belas abad silam, menjadi misteri yang tak terpecahkan oleh akal pikir manusia bahkan dengan “ kekuatan” sains dan teknologi termutakhir sekalipun. Temuan teknologi dengan seabrek teorinya hanya sedikit memberikan pencerahan untuk sekelumit pemahaman kekuasaanNya, namun tidak juga dapat menembus jagad yang telah dilalui Nabi dalam mi’rajnya. Bahkan Jibril sang malaikatpun tidak berhak untuk memasukinya . Subhanallah!
Isra Mi’raj adalah bagian dari keimanan, maka di saat Rasulullah saw melakukukannya, menyuburkan benih keraguan di hati orang-orang yang memang masih lemah keimananya. Karena hal tersebut dianggap bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Bagaimana seseorang bisa berangkat dari satu tempat ke tempat lain yang demikian jauh dalam waktu yang sangat singkat?Apalagi naik sampai ke Sidratul Muntaha? Ilmu pengetahuan saja tidak mampu menjawab hal ini. Maka jika dipaksakan untuk rasionalisasi sains dan ilmu pengetahuan, justru akan menghasilkan jawaban yang mengada-ada, meski dilakukan ilmuan muslim sekalipun. Karena -sekali lagi- hal itu bagian dari keimanan. Isra’ dan Mi’raj merupakan sebuah peristiwa yang menjadi mukjizat agung Rasulullah
sekaligus bukti atas kebesaran Allah SWT.
Hal yang amat penting untuk dijadikan perenungan di tengah gelombang kerunyaman yang semakin dahsyat adalah berbagai fenomena dari peristiwa mengerikan yang dijumpai Nabi saw dalam isra mi’rajnya, seperti bibir dan lidah yang terus tergunting sebagai balasan bagi mereka yang suka menebar fitnah. Wajah dan dada yang terus tercakar sebagai gambaran siksa yang akan dialami mereka yang suka menindas. Orang-orang yang berenang di sungai darah dan terus dilempari batu sebagai gambaran azab untuk mereka yang gemar makan barang riba atau korupsi.
Di tengah arus hidup yang semakin hari semakin runyam,dimana kebanyakan orang tidak pernah kapok untuk terus membinalkan nafsu mereka, kebanyakanorang tak pernah jera untuk terus berkiblat pada tumpukan benda-benda, kebanyakan orang semakin tidak risih lagi untuk terus mengikis hidup mereka yang semula fitrah, kebanyakan orang telah sering mengobral dalil al qur’an untuk kepentingan pendapat dan pendapatannya, maka di sinilah urgensitas pesan mi’raj yang berupa shalat lima waktu untuk senantiasa kita sempurnakan. Karena kebersamaan dengan tuhan dalam shalat itulah yang memberikan ketentraman jiwa yang tak dapat digapai pada yang lain. Disamping itu ternyata shalat merupakan barometer dari genahnya amal-amal yang lain./Buya Nabil Selengkapnya...

    Menu

    BUKA | TUTUP

    NU Kayong Utara

    Chat


    ShoutMix chat widget

    Download Kitab

    Ebook Islam

    Kitab Klasik